“Ternyata menulis dan menerbitkan buku itu mudah dan sangat
murah”. Kalimat ini disampaikan Ibu Emi Sudarwati setelah bercerita singkat
tentang perjalanan hidup sebagai pendidik dan penulis.
Cerita ini disampaikan ibu Emi kepada ratusan guru yang
mengikuti kelas online “Belajar Menulis bersama OmJay”, pada Rabu (30/09/2020)
malam.
Bagi guru berprestasi asal Bojonegoro ini buku merupakan
bukti sejarah. “Bagi saya, buku adalah bukti sejarah, merupakan catatan bahwa
kita pernah hidup di dunia ini”, tandasnya.
Oleh karena itu ia mengajak, “Ayo kita tulis sejarah
sendiri. Jangan tunggu orang lain
menulis tentang kita”.
BACA JUGA:
SIAPAPUN ANDA, MAKA ANDA HARUS MENULIS
6 LANGKAH MUDAH MENULIS DAN MENERBITKAN BUKU
Bermula dari Gemar Menulis Cerita
Alumni Jurusan Bahasa Daerah Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (IKIP) mulai mencintai dunia literasi sejak duduk di bangku Sekolah
Menengah Atas. Awalnya suka menulis
cerita.
“Sejak SMA, sekitar tahun 1990-an saya sudah mulai suka
menulis cerita”, kenangnya mengawali cerita malam ini.
Hal itu berlanjut sampai ia menjadi mahasiswa. Ia menamatkan
kuliah di kampus yang kini benama
Universitas Negeri Surabaya (UNESA) ini pada tahun 1998.
Pengalaman pertama menerbitkan tulisan sangat berkesan
baginya. Saking berkesannya, tidak dapat dilukisakan dengan kata-kata.
“Apalagi saat cerpen perdana dimuat dalam majalah, rasanya
tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata”, ungkapnya mengenang.
Sejak saat itu ia semakin rajin menulis dan mengirim ke
media. “Lumayan, honornya bisa untuk
beli buku dan kebutuhan lain”, kisahnya.
Selain menulis, saat kuliah ia juga sudah suka berjualan baju, celana dan jam
tangan.
“Karena sejak SMP kelas 1 bapak saya sudah dipanggil Tuhan”,
ungkapnya lagi.
Kegiatan dan aktivitas menulis sempat terhenti sejak menjadi
abdi negara sebagai Pegawai Negeri Sipil. Ia mengawali karir sebagai penddik
dengan mengajar di SMPN 1 Baureno sejak tahun 2005. Alasan berhenti menulis karena semua kebutuhan sudah
terpenuhi.
Namun tahun 2013 semangat menulisnya bangkit kembali. Ia merasa
beruntung. Pasalnya tahun itu beliau berjumpa dengan penulis-penulis hebat di
Bojonegoro.
“Akhirnya semangat menulis saya tumbuh kembali, tapi tujuan
menulis bukan lagi karena uang. Melainkan
ingin sukses bersama siswa”, jelasnya.
Hasilnya tahun 2014 adalah
pertama kali ibu Emi menerbitkan buku bersama siswa.
Pada tahun 2015,
beliau ditugaskan untuk mengikuti
lomba inobel tingkat nasional.
“Awalnya ada rasa tidak percaya diri”.
Namun karena Bapak Edy Dwi Susanto selaku kepala sekolah
waktu itu tidak henti memberikan semangat dan motivasi.
“Akhirnya saya mengirimkan karya inovasi, meskipun dengan
setengah hati”.
Ia tidak menyangka, ternyata mendapat panggilan sebagai
finalis Inobelnas.
“Bersama 102 guru dari seluruh Indonesia, saya diundang ke
Jakarta untuk presentasi. Ternyata bukan
hanya presentasi, tetapi ada ujian tulis juga.
Meskipun belum mendapat juara, namun sudah cukup bangga, bisa belajar
bersama guru-guru hebat dari seluruh tanah air”, terangnya.
Di samping itu, di
tahun yang sama juga mengikuti sayembara di BBJT (Balai Bahasa Jawa
Timur). Lembaga tersebut, setiap tahun
mengadakan sayembara, yaitu pemilihan sanggar sastra, karya sastra Indonesia,
karya sastra Jawa, dan guru bahasa berdedikasi.
Puji syukur, editor lebih dari 300 buku karya siswa dan guru
Indonesia ini mendapat anugrah sebagai guru Bahasa Jawa Berdedikasi. Hal ini disebabkan karena sudah menerbitkan
beberapa buku karya sastra siswa. Semua
itu diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru lain untuk lebih
berinovasi lagi.
Dengan status baru ini,
beliau merasa memiliki tanggung jawab moral, agar lebih giat menularkan
virus literasi di manapun juga. Bukan
hanya untuk siswa, namun juga untuk sesama guru. Bukan hanya di Bojonegoro saja, tetapi sampai
ke luar daerah.
Tahun 2016, Penggagas
perpustakaan mini kelas ini ditugaskan mengikuti seleksi guru prestasi tingkat
Kabupaten Bojonegoro. Sebenarnya saat
itu sudah untuk yang ke dua kalinya.
Karena banyak guru menolak mengikuti seleksi tersebut, akhirnya dia ditugaskan
lagi.
“Ternyata tidak sia-sia.
Karena bisa menduduki juara ketiga dari tiga puluhan peserta”, ungkapnya
lagi.
Pada tahun yang sama,
Pengelola TBM Kinathi ini kembali mengirimkan karya Inobel. Kali ini bukan atas inisiatif bapak kepala sekolah, tetapi keinginan
sendiri. Karena pengalaman tahun 2015
lalu begitu menginspirasi. Kali ini
bukan karya baru. Namun karya lama yang diedit, dengan tambahan sesuai saran dari dewan juri. Alhasil, mendapat juara 1 inobelnas kategori
SORAK (Seni, Olah Raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal).
Tidak lama seusai lomba,
mendapat panggilan untuk short Course di Negeri Belanda. Belajar sistem pendidikan di negri kaum
penjajah yang super maju itu. Berkunjung
ke dua universitas terbaik, yaitu Windesheim dan Leiden. Juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik,
yaitu Van Der Capellen dan lain-lain.
Bukan hanya itu, semua peserta diajak berwisata ke Volendam, menyusuri
Kanal Amsterdam dan mampir ke Brussel-Belgia.
Sepulang dari Belanda, masih juga mendapat panggilan workshop
menulis jurnal di Kota Bali. Lagi-lagi,
di samping belajar juga bisa berwisaya keliling kota terindah di negeri
ini. Kali ini, semua peserta mendapat
materi merubah naskah inobel menjadi jurnal.
“Tentu ini bukan hal kecil, karena naskah tersebut akan
dimuat dalam jurnal berkelas nasional, Nama jurnalnya adalah DEDAKTIKA”,
ujarnya.
Tahun 2017
Tidak berhenti sampai di situ. Beberapa bulan berikutnya. Beliau diundang untuk mengikuti workshop
Literasi di Kota Batam. Tidak ingin
melewatkan kesempatan, bersama beberapa peserta menyempatkan mampir ke negara
tetangga, yaitu Singapura. Sehari di
kota lion, ia melahirkan sebuah buku berjudul Dag Dig Dug Singapura.
Bukan aji mumpung atau apa, hanya tidak ingin melewatkan
kesempatan baik. Kapan lagi seorang guru
bisa jalan-jalan ke Singapura, kalau bukan memanfaatkan kesempatan baik
tersebut. Kebetulan juga bertepatan dengan liburan sekolah, jadi sama sekali
tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
Paska menyandang predikat juara I inobelnas, ia belum boleh lagi mengikuti lomba yang
sama. Tentu dalam waktu yang belum bisa
diprediksi. Oleh karena tidak ingin kesepian, mantan juara III Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten
Bojonegoro ini mengajak teman-teman
alumni finalis inobelnas untuk menulis bersama dalam satu buku.
“Saya menyebutnya dengan istilah Patungan Buku Inspiratif”,
jelasnya.
Bukan hanya karya yang bersifat ilmiah. Namun dalam grup tersebut juga menerbitkan
kumpulan cerita inspiratif, berbagi
pengalaman mengajar, kumpulan puisi, kumpulan pantun dan masih banyak lagi
buku-buku lainnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, bahkan bukan hanya
menerbitkan buku-buku patungan. Namun
saat ini lebih banyak menerbitkan SBGI (Satu Buku Guru Indonesia) dan SBSI
(Satu Buku Siswa Indonesia).
Tahun 2018 Ratusan buku lahir dari grup Patungan Buku Guru
Inspiratif. Karena sejak tahun 2018 ini
lebih banyak menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama grup dirubah. Yaitu menjadi Penerbit Buku Inspiratif
(PBI). Beberapa undangan dari
daerah-daerah lain mulai berdatangan.
Misalkan dari Kota Bogor, Sampang, Tuban, Blitar, Lamongan, Yogyakarta,
dan lain-lain.
Akhirnya ia berinisiatif, hanya menerima undangan sebagai
nara sumber pada Hari Sabtu-Minggu atau Jumat sore.
Sedang di Bojonegoro sendiri, beliau aktif sebagai Guru Ahli
(GA) di Pusat Belajar Guru (PBG). Setiap
saat harus siap menerima panggilan sebagai pemateri seminar maupun
pelatihan. Juga sebagai juri dalam
lomba-lomba guru. Tempatnya bisa di PBG
pusat atau di PBG kecamatan.
Selain di PBG, beliau juga juga aktif di PGRI. Yaitu sebagai juri lomba Guru menulis dan
pelatihan Menulis buku. Memotivasi
guru-guru Bojonegoro agar lebih inovatif dalam mengajar, dan lebih kreatif
dalam menulis.
Ia selalu mengimbau agar guru-guru lebih sering mengirimkan
hasil karya ke media. menururutnya jangan
berharap sekali kirim pasti tayang atau dimuat.
“Harus bersabar, terus-menerus mengirim naskah. Lama kelamaan pasti dimuat juga”, bebernya.
Menurutnya ‘’lama kelamaan pasti dimuat” bukan karena
penerbit merasa kasihan, tapi memang pengalaman menulis itu sangat
diperlukan. Dengan terus-menerus
mengirim naskah, berarti sudah terus menerus belajar menulis pula.
“Dari proses tersebut kita belajar, belajar meminimalisir
kekesalahan”, jelasnya.
Tahun 2019
Tahun 2019 ia mengawali terbitnya buku Kado Cinta 20
Tahun dan Haiku. Karya ini beliau
tulis berdua dengan sang suami.
“Semoga dengan
lahirnya buku tersebut, ikatan pernikahan kami semakin bahagia. Aamiin”, ujarnya penuh harap. Amin
ya Mujibas Sailin.
Selanjutnya, di tahun yang sama, Pengurus MGMP Bahasa Jawa
Kabupaten Bojonegoro (tahun 2014-2019) ini menerbitkan 2 buku tunggal dan beberapa buku
patungan. Buku tunggal yang pertama
berbahasa Jawa, yaitu pengalaman selama Haji dan Umrah. Sedangkan buku tunggal yang kedua adalah
adalah kumpulan esai menulis dan menerbitkan Buku sampai keliling Nusantara dan
Dunia. Alhamdulilah impian ini
bisa menjadi nyata.
Adapun untuk patungan, seperti biasa saja. Yaitu menulis bersama siswa SMPN 1 Baureno
dan bersama grup Penerbit Buku
Inspiratif. Juga menulis bersama
penerbit Pustaka Ilalang, dan lain-lain.
Tapi yang paling banyak ya di Penerbit Majas Grup. Majas memiliki 3 penerbitan. Yaitu Majas
sendiri, Praktek Mandiri dan Dwi Putra Jaya.
TAHUN 2020
Tahun 2020 ia mulai lebih konsentrasi untuk mengelola
Perpustakaan Pribadi menjadi Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Namanya TBM Kinanthi. Kegiatan rutinnya
adalah mengadakan pelatihan dan lomba menulis.
Lomba di TBM Kinanthi katanya berbeda dengan lomba-lomba di
tempat lain.
“Karena bertujuan memotivasi, maka semua peserta lomba pasti
juara. Yaitu juara 1, 2, 3 dan yang
lainnya juara harapan”, jelasnya.
Sampai saat ini di TBM Kinanthi sudah mengadakan 5 kali
pelatihan menulis. 4 kali pelatihan langsung
dan yang sekali webinar.
TBM yang dikelolanya juga sudah melahirkan 3 buku hasil
lomba dan 1 buku masih Proses di percetakan.
Dalam menyambut Bulan Bahasa Oktober nanti, TBM Kinanthi
mengadakan Lomba membaca geguritan untuk siswa SD/MI.
Menurutnya hal ini bertujuan untuk menanam kecintaan siswa
sejak dini terhadap sastra Jawa. Khususnya geguritan (Puisi Jawa Modern).
Masih bayak lagi agenda kegiatan yang kami gagas di tahun
2021 nanti. Dalam berkegiatan saya
didukung oleh: dinas pendidikan kabupaten Bojonegoro, penerbit majas, KBM
Bojonegoro, Pramuka Jaya Vlog, Sanggar Baca SUMILAK dan lain-lain.
Menyejarah Lewat Menulis
Bagi penyandang predikat “Guru Bahasa Jawa Kreatif ini” buku adalah bukti sejarah. Menurutnya buku merupakan catatan bahwa kita
pernah hidup di dunia ini.
“Oleh karena itu, saya ingin mengabadikan setiap jengkal
perjalanan menjadi sebuah buku. Setiap
karya pasti akan menemukan takdirnya sendiri”, pungkasnya.
Setuju sekali, bu Emi memang seorang ibu yang sangat hebat..
BalasHapusSangat hebat dan inspiratif
HapusPengalaman bu emi yg luas dan mau belajar membuat kita menjadi termotivasi utk menulis
BalasHapusBetul OmJay.
HapusSangat inspiratif. Semoga kelak dapat mengKuti jejak beliau.
Terima kasih, kawan. Resume yang luar biasa hebat. Selamat
BalasHapusSama-sama.
HapusTrimakasih Bu Emi atas cerita inspiratif nya.
Bu emi sosok yang membumi. Dengan segudang prestasi beliau. Tapi masih mau berbagi ilmu dan motivasi nya untuk guru guru.
BalasHapusBetul. Sosok inspiratif
Hapus👍👍
BalasHapusTrimakasih atas kunjungannya.
HapusResumenya selalu enak untuk dibaca. Semoga pak Sam bisa mengikuti jejak bu Emi...Aamiin.
BalasHapusDoa tulus dr bu Hayati, Pemalang, Jateng.
Amin.
HapusTrimakasih atas doanya Bu Hayati.
Ini masih berproses, semoga terwujud.
Mantul resumenya.. Semangat teruss
BalasHapusTrimakasih atas kunjungan dan komentarnya.
Hapus#SalamLiterasi