Rahasia Sukses Mas Sigit, Guru Berprestasi yang Hampir DO dari Kampus
Tidak ada kesuksesan diperoleh
secara instan (mie instan aja butuh prosesJ
). Dan tidak ada keberhasilan meraih cita-cita tanpa dukungan orang dekat dan
tercinta, khususnya ayah ibu. Semua orang sukses dan berhasil meraih prestasi
gemilang pernah melalui proses kerja keras. Bahkan tidak sedikit yang harus
merasakan kegagalan terlebih dahulu.
Seperti yang dialami dan dicapai
oleh Sigit Suryono, S.Pd., M.Pd. Ia sukses meraih prestasi setelah menjalani
proses belajar tanpa kenal lelah. Beliau berhasil menyabet sederet juara karena
tak pernah lelah berbenah.
Namun kerja keras tanpa lelah dan
pantang menyerah bukan satu-satunya sebab kesuksesan. Setelah takdir Allah yang
selalu berpihak pada mereka yang giat berusaha, faktor penting yang turut
menjadi sebab keberhasilan adalah dukungan orang-orang sekitar yang selalu
membersamai dengan do’a tulus dan motivasi tiada henti. Semua faktor ini
nampaknya berpihak pada Pak Sigit. Guru berpestasi yang menginspirasi.
“Perjalanan hidup saya di dunia
ini tak lepas dari dukungan orang-orang hebat di sekitar saya”, ujarnya
mengawali sharing pengalaman meraih sukses kepada peserta Belajar Menulis
bersama Om Jay-PB PGRI- Penerbit Andi angkatan ke-15, pada Jum’at (21/08/2020) malam
lalu.
Perjuangannya meraih berbagai prestasi melalui perjuangan panjang. Berawal dari saat masih Sekolah Dasar (SD). Dimana pengajar SMPN Wonosari ini saat SD tidak dianggap sebagai siswa berperstasi. “Prestasi tersebut saya raih melalui sebuah perjuangan panjang yang diawali dari masa sekolah dimana saya adalah siswa yang tidak pernah dianggap dan jauh dari prestasi”, kenangnya.
Menyandang status sebagai “siswa
yang tidak pernah dianggap dan jauh dari prestasi” justeru menjadi pemicu
semangat berkompetisi ketika menginjak usia dewasa. Tepatnya semenjak diangkat
sebagai guru. Ia berkisah, “Saya gigih dalam mengikuti berbagai macam
perlombaan karena itu sebagai ajang balas dendam”, ujar penerima Sayta Lencana
bidang Pendidikan tahun 2016 ini.
“Saat SD saya juara 1 untuk nilai raport”,
kenangnya. Namun tidak pernah diikutkan di berbagai lomba
akademik. Di SMP ia merasa susah ikut lomba karena beraa di peringkat 39, 41, 35 di kelas dari 44 siswa.
Sementara jumlah Kelas saat itu ada 10. “Di SMA jauh dari harapan untuk ikut
lomba”, imbuhnya.
Sehingga saat menjadi guru dan mendapatkan
kesempatan ikut lomba, maka ia tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. “Maka
saat jadi guru kesempatan ada siapapun boleh ikut lomba asal punya karya yang
sesuai dengan tupoksi lomba saya ikut ... kalah ya sudah menang ya sudah.... “,
jelasnya.
Menurutnya keberhasilan dalam ajang kompetisi akan
didapat setelah mengikuti lomba berkali-kali. “Berarti perlu mencari
pengalaman, dari hasil pengalaman bisa diterapkan pada lomba berikutnya”,
ungkapnya lagi.
Terancam DO dari Kampus
Kesan jauh dari prestasi
menyertai Ketua MGMP IPA Kab. Gunungkidul ini sejak Sekolah Dasar hingga
memasuki jenjang Perguruan Tinggi. Ia
menuturkan bahwa saat kuliah S1 di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) beliau hampir
drop out dan lulus dalam masa 7 tahun.
Namun saat kuliah S1 inilah jiwa
kerja kerasnya terbangun. Di sini nilai-nilai perjuangan dalam kehidupan mulai
tertanam dalam jiwanya. Di kemudian hari nilai-nilai perjuangan dan kerja keras
tersebut ia terapkan ketika menjadi guru.
Mengapa demikian? karena saat
menempuh kuliah S1 beliau ikut organisasi kemahasiswaan sampai senat fakultas.
Ia juga mempunyai usaha sablon dan rental komputer serta mengajar di beberapa
sekolah walaupun belum selesai kuliah.
Kegagalan berhasil ditepis dan
rasa malu mulai hilang saat beliau
diterima menjadi Pegawai Negeri dan bertugas di 1 SMP Negeri 1 Wonosari tahun
2005. Di sekolah inilah semua ilmu dan pengalaman
di masa lalu bisa beliau terapkan dengan
maksimal.
Kesempatan dan peluang sukses akhirnya datang menghampiri Mas Sigit ketika
ada kegiatan simposium guru tingkat propinsi DIY tahun 2006. Saat itu beliau
terpilih sebagai peserta dan mendapat
kesempatan untuk mengikuti kegiatan tersebut walupun masih CPNS. Sementara peserta yang lainnya adalah guru-guru pengurus
MGMP setiap mapel di DIY.
Pengalaman menjadi peserta di Simposium
tersebut membuatnya dapat belajar dari
awal untuk ikut berkompetisi dengan para senior yang tentu sangat hebat dan
sudah berpengalaman. “Pengalaman dan ilmu yang mereka miliki saya catat dan
pelajari serta saya mencoba melalukan pola
ATM (amati tiru Modifikasi)”, ungkapnya.
Menurutnya ada dua hal yang
dibutuhkan dapat dilakukan untuk menjadi orang yang berprestasi; (1) Belajar
sejak dini dari orang-orang hebat, dan caranya adalah (2) Mempelajari ilmu
orang-orang hebat tersebut dengan cara mengamati, meniru, lalu memodifikasinya.
Yang disebut kedua dikenal dengan istilah ATM. Amati! Tiru! lalu modifikasi.
Teori dan konsep ATM inilah yang
menjadi rahasia sukses Ketua MGMP IPA
Kabupaten Gunungkidul, DIY ini. Model
ATM ini kata dia bisa diterapkan untuk berprestasi sesuai dengan bidang dan
kemampuan masing-masing.
“Bagi penulis maka untuk bisa
menghasilkan buku yang hebat dekatlah dengan para penulis. Bagi para programer
agar bisa hebat maka belajarlah dari para programer lewat hasil karya mereka”,
jelasnya memberi contoh.
Menututnya lagi hal ini sangat penting bagi untuk mengenali karakter dan menggali potensi diri sendiri. Belajar lewat
ATM seseorang dapat merancang arah dan target serta strategi meraih
prestasi yang dicita-citakannya.
Mas Sigit melanjutkan, ketika simposium guru itulah banyak ilmu yang
bisa ia serap dan ikut mempengaruhi
perjalanan karier nya sampai saat ini. “Banyak hal yang bisa saya pelajari dari
para ketua MGMP di seluruh propinsi DIY dan seluruh mapel yang hadir dalam
kegiatan simposium tersebut”, ungkapnya.
Diantara pengetahuan yang ia
peroleh dari simposium tersebut adalah, “Untuk menjadi juara dalam kompetisi maka
harus memiliki produk yang unggul dibandingkan dengan kompetitor yang lain”. Misalnya karya tulis yang baik yang merupakan
hasil penelitian yang relevant dan didukung oleh data dan presentasi yang baik
pula.
Dari pengalaman tersebut ia makin
mengetahui rahasia sukses meraih prestasi dalam suatu kompetisi. Menurutnya ada
lima poin penting yang harus diperhatikan jika ingin memenangkan suatu
kompetisi. Lima prasyarat tersebut
adalah:
1. 1. Memiliki karya yang unggul.
2. 2. Karya ilmiah ditulis sesuai dengan gaya selingkung
3. 3. File Presentasi ditata dengan baik
4. 4. Kesiapan mental saat
presentasi,
5. 5. Ketika presentasi fokus pada isi naskah dan tidak ngelantur
atau melebar ke mana-mana.
Dari cata-catatan diatas maka perlu
dilakukan pendataan danpengarsipan yang baik apalagi bagi yang akan mengikuti
ajang lomba guru berprestasi. Persiapan yang
paling utama kata dia adalah rekam jejak atau portofolio.
“Saya memiliki hampir semua surat
undangan, surat tugas, dan juga bukti dokumentasi semua kegiatan saya sejak
tahun 2006 s/d 2015 yang saya arsipkan dari map dan saya taruh di rak ruang
kerja saya. itu sangat membantu saat proses mengikuti lomba guru berprestasi”,
jelasnya memberi contoh.
Ia juga menegaskan bahwa
keberhasilan sebagai juara 1 guru
berprestasi tingkat nasional tidak serta merta langsung berhasil. “Saya
sebenarnya selalu gagal di even-even sebelumnya”, ungkapnya.
“Kalau di lihat dari curikulum
vitae di atas sebelum juara 1 gupres saya 7 kali gagal dalam ajang prestasi
yang lain di tingkat Nasional”, imbuhnya.
Sebutlah misalnya NITC tahun 2009. “Saya gagal karena tulisan
saya kurang bisa diterima oleh juri (kurang menggiit)”, kenangnya.
“Inobel 2009 karya media saya
bagus sekali namun saya gagal karena tidak fokus dalam mempresentasikan karya,
saya malah menceritakan siapa saya ... dll yang akhirnya tidak fokus pada media
yang harusnya saya presentasikan”, jelasnya lagi.
Tahun 2012 di ajang Ki hajar ia kembali kalah karena, “Presentasi saya
kalah dengan kompetitor, sedangkan tahun 2013 di ajang FIG saya kalah karena panel…”.
Tapi bukan Sigit jika putus asa
dan mudah menyerah. Baginya “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”. Ia terus melakukan evaluasi dan
perbaikan terhadap kekurangan sebelumnya.
Saking rapinya melakukan
evaluasi dengan cara menuliskannya dalam
sebuah jurnal digital di website pribadinya, http://cige.info.
Catatan jurnal ini mulai dilakukannya sejak tahun 2009. Awalnya melalui http://fisikasmp.wordpress.com.
Kata Mutiara Ibunda: Kalah
Cacak Menang Cacak
Kalah dan menang itu biasa dalam
suatu perlombaan. Prinsip inilah yang ia
anut dan pegang setiap mengikuti event kompetisi. Motto ini diambilnya dari
kata-kata mutira Ibundanya yang merupakan seorang pendidik . Ibunya menanamkan
satu prinsip melalui kata mutiara Jawa, "Kalah cacak menang cacak".
“Itu menjadi pelecut saya untuk mengikuti berbagai event perlombaaan, artinya
kalah maupun menang merupakan hal yang biasa”, terangnya.
Memang tak dapat dipungkiri,
karakter kerja keras dan pantang menyerah Mas Sigit bukan sesuatu yang dimilikinya
secara instan. Tetapi merupakan buah dari didikan orangtua yang juga
berkarakter baik.
“Orang tua saya adalah guru utama
pembentukan karakter di keluarga besar, bapak dan dan ibu saya adalah
pernsiunan guru SD, sementara putra-putrinya dan mantu semua guru kecuali anak
yang terakhir”, ungkapnya.
Bapak selalu memberikan keluasan
untuk belajar bahkan sampai saat ini beliu tetap rajin menulis di bukunya walau
usianya sudah 85 th. Demikian pula dengan ibu yang turut menanamkan karakter
kerja keras dan pantang menyerah dalam mengejar prestasi.
“Ibu saya juga sangat berpengaruh pada
perkembangan mental spiritual apalagi di saat kegagalan kuliah di depan mata
saat S1 beliau yang selalu menguatkan dan memberi nasehat. Yang selalu beliau
katakan adalah kegagalan akan di lihat saat ini saja jika suatu saat kamu
berhasil kegagalan masa lalu tidak akan dilihat oleh orang lain”, tuturnya
mengenang pendidikan yang sangat berharga dari sang bunda.
Berkat dukungan orangtua, istri dan anak-anak, maka “setiap event lomba yang saya ikuti pasti akan
saya lakukan dengan penuh perjuangan dan tidak disiapkan asal-asalan”,
kenangnya. Setelah tahun 2015 prestasi
nasional terasa mudah dia capai. Sebabnya
adalah karena perjuangan dan belajar
dari kegagalan masa-masa sebelumnya.
Perjuangan belajar tanpa henti dengan modal ATM yang tanpa menyerah menghantarkan beliau meraih prestasi demi prestasi. Mulai dari peserta terbaik literasi tingkat nasional tahun 2017, Duta Rumah Belajar terinovatif tahun 2018, Duta sains P4TKIPA, hingga prestasi terbaru tahun ini mendapat anugrah Alumni Berprestasi Sarjana Adi Manggala Bidang Pendidikan tahun 2020 pada saat dies Natalis UNY yang ke 56.
Alhasil, Pak Sigit, guru berprestasi yang inspiratif telah membuktikan, setelah takdir Allah, faktor usaha yang serius, kerja keras, dan pantang menyerah serta dukungan para pihak tercinta adalah sebab utama kesuksesan meraih prestasi. []
#SalamLiterasi
Sukses pak
BalasHapusTrimakasih
HapusCihuyyy Pak
BalasHapusTrimakasih
HapusPantang menyerah , hebat banget
BalasHapusTrimakasih
Hapus#Salamliterasi