Tujuan dan Manfaat
Mempelajari Sejarah
Sampai saat ini sejarah tidak
pernah berhenti dituliskan dan diajarkan. Hal ini sebetulnya menunjukkan bahwa
sejarah sangat penting. Kalau tidak penting, tentu tidak akan ditulis dan
segera akan menjadi ilmu yang punah.
Bagi seorang Muslim, keharusan
mempelajari sejarah paling tidak ditekankan karena dua hal. Pertama,
perintah Allah untuk mempelajari masa lalu; dan kedua. kenyataan bahwa Al-Quran
mencontohkan berbagai ajaran di dalamnya dcngan peritiwa-peristiwa historis.
Perhatikan ayat-ayat berikut:
“Wahai orang-orang yang
beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri melihat apa yang
telah lalu untuk masa depan (hari akhirat); dan bertakwalah kepada Allah
sesungguhnya Allah Maha Menyelidiki apa yang kalian kerjakan”. (QSAl-Hasyr
[59]: 18).
Sesungguhnya telah berlalu
sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS
Ali Imran [3]: 138).
Sesungguhnya pada kisah-kisah
mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang akal. alQur'an
itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab)
yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat
bagi kaum yang beriman. (QS Yusuf[12]: 111).
Ayat-ayat di atas hanyalah sebagian dari banyak ayat Al-Quran yang memerintahkan umat Islam untuk mempelajari dan merenungkan masa lalu (sejarah). Seorang Muslim yang baik adalah yang mau mengambil pelajaran dari masa lalunya. Hanya mereka yang tidak mengerti Islam dan perintah Al-Quran yang tidak pernah mau belaj ar dari masa lalu. Seiring dengan itu, Al-Quran sendiri menggunakan metode menyampaikan kisah umat terdahulu dalam menyampaikan pesan-pesan ilahiyah-nya.
Menurut para ulama 'Ulum Al-Quran, hampir 2/3 isi Al-Quran berisi kisah-kisah umat terdahulu. Al-Quran memang bukan kitab sejarah, namun kisah-kisah sej arah umat di masa lalu dij adikan salah satu media untuk menjelaskan bagaimana ajaran-ajarannya hidup di tengah manusia. Seolah-olah Al-Quran ingin mengatakan bahwa ajaran-aj arannya bukan sekadar angan-angan. Manusia-manusia dari masa lalu sebelum kita sudah mengalami manis-pahitnya hidup bersama atau menentang Allah Swt.
Pada intinya, semua perintah Al-Quran untuk menggali dan mempelajari masa lalu adalah agar kita dapat mendapatkan pelajaran berharga bagi kehidupan kita saat ini. Kalau kita rinci, pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik dari kisah-kisah masa lalu antara lain sebagai berikut.
1 . Menguatkan Akidah dan
Keyakinan pada Islam
Salah satu pelajaran paling
penting saat kita mempelajari sejarah adalah mengambil teladan dan contoh bagi
kehidupan kita untuk semakin memperkuat komitmen kita kepada ajaran yang kita
anut, yaitu Islam. Ajaran Islam terwujud dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan
mempelajarinya secara baik, kita bisa membedakan mana baik dan buruk, mana benar
dan salah.
Di samping secara langsung
mempelajarinya, keyakinan kita terhadap ajaran Islam perlu dipupuk dengan
contoh-contoh nyata yang terjadi dalam kehidupan. Apa yang disampaikan dalam
Al-Quran dan As-Sunnah harus kita lihat kenyataannya dalam sej arah. Untuk itu,
satu hal yang tidak boleh ditinggalkan saat membaca sejarah adalah terlebih
dahulu memahami ajaran-ajaran Islam melalui Al-Quran dan As-Sunnah.
Setelah paham ajaran Islam yang
benar, maka saat kita membaca sejarah maka kita dapat memilah baik dan buruk,
benar dan salah melalui kacamata yang benar, yaitu kacamata ajaran Islam.
Segala hal yang bertentangan dengan kebenaran Al-Quran dan As-Sunnah dapat
secara yakin kita katakan itu salah, sekalipun dilakukan oleh orang yang
mengaku-aku “Muslim”.
Di dalam Al-Quran juga banyak
diceritakan berbagai sunnatullah yang contohnya dapat dilihat di dalam sejarah.
Kalau kita temukan itu, kita akan semakin yakin bahwa Al-Quran memang benar
wahyu Allah Swt.
Dengan begitu, keimanan dan
keyakinan kita akan semakin kuat. Akan tetapi sebaliknya, kalau kelihatannya
ada ketimpangan antara kebenaran yang disampaikan dalam Al-Quran dengan cerita
dan penuturan sejarah, maka patut dicurigai bahwa ada kesalahan dalam penuturan
dan penulisan sejarah itu. Al-Quran menempati posisi kebenaran yang mutak,
sementara tulisan sejarah nisbi sifatnya. Oleh sebab itu, kebenaran Al-Quran
tidak dapat dikalahkan dengan tulisan-tulisan sejarah. Di sini kita juga
mendapatkan manfaat lain, yaitu bahwa Al-Quran dapat dijadikan sebagai
timbangan untuk menilai kebenaran sejarah yang ditulis oleh para sej arawan.
2. Mempelajari Sunnatullah
Sunnatullah adalah garis-garis
besar rumus kehidupan yang diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala bagi manusia.
Kehidupan manusia ini kalau dilihat satu persatu sebetulnya unik. Setiap
peristiwa yang dialami seseorang tidak mungkin dialami lagi orang lain dalam
bentuk, waktu, tempat, pelaku, dan ritme yang sama. Setiap orang akan mengalami
kejadian-kejadian yang khas. Namun, di balik keunikan peristiwa-peristiwa itu
ada pola-pola umum yang sama pada setiap waktu di tempat mana saja.
Dalam sejarah ada istilah yang
sangat populer, “Sejarah akan berulang”.
Ungkapan ini memang bukan isapan
jempol belaka. Siapa saja yang mempelajari sejarah dengan baik, dia akan
menemukan kenyataan ini. Yang berulang memang bukan peristiwanya, melainkan
pola-pola peristiwanya. Inilah yang disebut sebagai sunnatulldh dalam bahasa
Al-Quran (Al-Ahzab [33]: 62).
Menemukan pola-pola umum sejarah
atau sunnatullah (ketentuanketentuan Allah dalam sejarah) sangat penting
dalam merancang dan merencanakan hidup setiap manusia, baik secara individu
maupun kelompok. Dengan mengetahui pola-pola sejarah ini, setiap orang
seolah-olah diingatkan bahwa kalau melakukan sesuatu akan berakibat sesuatu.
Oleh sebab itu, ia akan secara
cermat dan hati-hati dalam melangkahkan kaki. Pemahaman terhadap sunnatullah
dalam sejarah akan semakin sempurna ketika didasari dengan pengetahuan yang
baik terhadap Al-Quran dan aspek-aspek dasar ajaran Islam.
Pada dasarnya, semua rambu-rambu
kehidupan garis besarnya sudah ditetapkan Allah melalui wahyu-Nya kepada para
Rasul, termasuk kepada Nabi Muhammad Saw. Saat pengetahuan wahyu dipadu dengan
pengenalan terhadap sejarah, pengetahuan terhadap sunnatull‘h akan
semakin mantap dan sempurna. Sej arah akan memperlihatkan kepada orang yang
telah memahami wahyu, bahwa apa yang dinyatakan Allah nyata benar dan terbukti
dalam sejarah. Dengan demikian, melalui pemahaman sej arah yang baik, setiap
Muslim akan semakin yakin atas kebenaran wahyu Allah Subhnahu Wa Ta’ala.
3. Memahami Masa Kini
Harus dicatat bahwa mempelajari
sejarah bukan untuk masa lalu itu sendiri. Orang-orang pada masa lalu yang kita
pelajari sama sekali tidak memerlukan sejarah yang kita tulis. Mereka telah
menghadap Sang Khalik untuk mempertanggungj awabkan apa yang mereka perbuat.
Dalam Al-Quran Allah Swt. sering mengatakan setelah menceritakan
peristiwa-peristiwa masa lalu,
“Itu adalah umat yang telah
lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan
kamu tidak akan diminta penanggungjawaban tentang apa yang telah mereka
kerjakan. ” (QS. AlBaqarah [2]: 14 l ).
Oleh sebab demikian, sesungguhnya
mempelajari sejarah adalah kebutuhan kita untuk saat ini, bukan untuk masa
lalu. Salah satunya adalah untuk memahami mengapa sesuatu pada masa kini
terjadi seperti yang kita saksikan saat ini. Misalnya, mengapa kita sekarang di
Indonesia memiliki presiden dengan cara dipilih? Mengapa pula ada DPR dan MPR?
Apakah di masa lalu memang seperti itu? Kalau dulu tidak seperti itu, mengapa
sekarang bisa begitu?
Pertanyaan seperti di atas
seringkali muncul dalam pikiran manusia. Mungkin salah satu fitrah diciptakan
Allah Swt. dalam diri manusia adalah keinginan untuk mengetahui sesuatu di masa
lalu yang ada kaitannya dengan apa yang tengah mereka hadapi di masa kini.
Manusia ingin memahami apa yang tengah dihadapinya. Salah satunya melalui
pemahaman terhadap masa lalunya.
4. Merancang Masa Depan
Selain untuk memahami masa kini
melalui pemaknaan terhadap masa lalu, sejarah juga memiliki peran yang sangat
penting untuk merancang masa depan secara lebih baik. Sejarah menyimpan pelajaran
yang sangat berharga sebagai wujud contoh-contoh nyata apa yang terj adi di
masa lalu.
Merancang masa depan ibarat
mempersiapkan anak panah untuk ditembakkan ke suatu tempat. Anak panah akan
melesat ke arah yang dituju setelah si pemanah menariknya ke belakang bersama
dengan tali busur. Tali busur itu adalah ibarat masa yang tengah kita geluti.
Sedangkan anak panah adalah apa yang kita keij akan. Tanpa menarik anak panah
ke belakang bersama dengan tali busur, anak panah itu tidak akan sampai pada
tujuan yang diinginkan.
Menarik ke belakang artinya kita
memahami masa lalu. Masa lalu akan memberikan perspektif kepada kita yang
tengah hidup di masa kini untuk semakin jauh merancangkan masa depan.
Seringkali tanpa melibatkan analisis terhadap masa lalu, perancangan masa depan
kita menjadi kehilangan akar dan seringkali terjadi penyikapan-penyikapan yang
tidak tepat. Lagi pula, setiap kita akan melangkah, untuk selalu ingin tahu
mengenai masa lalu sebagai referensi tindakan. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar