Jika ada yang sukses menulis dan menerbitkan buku dengan modal nekat, maka Ibu Jamilah K. Baderan adalah salah satunya. Ia sukses menulis sebuah buku dalam jangka waktu singkat. Hanya sepekan.
Ternyata rahasia dan resep suksesnya
sederhana. Nekat. Tapi bukan asal nekat tanpa arah dan tujuan. Melainkan
nekat yang dibangun di atas niat dan tekad. Jadi, bukan asal nekat.
Niat dan tekadnya menulis buku
mulai tumbuh sejak bergabung dengan Kelas Belajar Menulis bersama Omjay
angkatan ke-5. Walau sebenarnya pernah menyukai dunia tulis menulis sejak duduk
di bangku Sekolah Dasar. Bahkan pernah bercita-cita jadi Komikus.
“Berbicara tentang pengalaman
menulis buku, saya termasuk orang yang juga baru menekuni bidang ini. Memang
sih, dulu sewaktu SD pernah punya hobi
menggambar dan bercita-cita menjadi seorang komikus. Namun entah mengapa
cita-cita tersebut terbang entah kemana”, ungkapnya membuka pembicaraan saat
menjadi narasumber Kelas Belajar Menulis angkatan ke-15, pada Jum’at (4/9/2020) lalu.
Keinginannya
untuk menulis dan menjadi penulis muncul ketika suatu hari ia merasa
penasaran dengan postingan beberapa teman di Facebook (FB). Diantaranya pak
Alphian dan bu Tere. “Mereka rajin
sekali posting cerita/artikel setiap hari. Pikir saya saat itu, kok mereka
mudah sekali mendapatkan ide dan menuangkannya dalam sebuah tulisan. Saya juga
ingin seperti itu”. Kenangnya.
Rasa penasaran yang semakin
memuncak tersebut kemudian menuntunnya untuk bertanya ini dan itu tentang dunia
menulis. Walhasil, gayung bersambut selang beberapa hari kemudian beliau
mendapatkan postingan untuk bergabung di WA Grup Menulis Angkatan 5.
“Inilah awal saya bertemu dengan
Om Jay sang Inspirator”, ungkapnya.
Melalui para narasumber hebat
yang dihadirkan om Jay di setiap Webinar beliau banyak mendapatkan pengetahuan
serta sharing pengalaman, diantaranya Pak Dedi Dwitagama, Paman Apiq, Prof. Eko
Endrajit, dan narasumber hebat lainnya.
Menaklukan Tantangan Tergila
Menurutnya menulis itu adalah
pilihan. “Bagi saya pribadi, menulis adalah sebuah tantangan”, tegasnya.
“Pada awal bergabung di grup
menulis, saya merasa begitu berat dan tak sanggup”, katanya.
Bukan karena tidak punya ide,
tapi bingung harus mulai menulis dari mana. Ia merasa bersyukur, Om Jay paling
jago memberi tantangan menulis. “Beliau juga paling mengerti karakter kami dan
selalu mampu memberi motivasi”, imbuhnya.
Ia berkisah, pada hari Selasa,
tepatnya tanggal 14 April 2020 Om Jay menghadirkan Prof. Eko Indrajit sebagai
narasumber.
“Saya sangat kagum dengan sosok Prof
yang satu in. Selain cerdas, terkenal, dan super ramah, bagi saya pribadi beliu adalah satu- satunya
profesor yang memberi kami tantangan tergila. Sebab kami diberi tantangan menulis
buku hanya dalam seminggu dengan cara memilih salah satu tema yang ada di Ekoji
Channel. Kami juga hanya diberi waktu semalam untuk mengambil keputusan.
Besoknya sudah harus menyetor judul dan daftar isi (outline). Waduh,
kebayang deh reaksi kami seperti apa saat itu”.
Awalnya ia bingung antara
menerima tantangan supergila atau menolaknya. “Terima nanti bagaimana, ditolak
juga sayang”, ujarnya. Saking galaunya ia tidak bisa tidur dan tidak enak
makan.
“Ibarat orang mabuk asmara, selama 2 hari saya tak bisa tidur dan makan
enak”.
“Akhirnya sampailah saya pada
kata nekat”.
Pada hari Jumat, 17 April 2020
dengan harap-harap cemas karena sudah telat dari deadline yang diberikan, ia mencoba
mengirim pesan WA dan menyatakan kesanggupan menerima tantangan Prof. Eko.
“Alhamdulillah saya diberi
kesempatan dan harus langsung menyerahkan bab 1 di hari Sabtu”, kisahnya.
Konsekuensi dari sikap nekat
tersebut, ia mengaku jatuh bangun
berjuang "menaklukkan tantangan".
“Kalimat (Menaklukan Tantangan) ini kemudian diabadikan dalam salah satu judul bab buku
"Design Thinking Membangun Generasi Emas dengan Konsep merdeka Belajar”,
ungkapnya.
Nekat yang Berbuah Manis
Konsisten dan fokus, kunci menuju
sukses. Ini prinsip selanjutnya setelah nekat. Semua memang berawal dari kata
"Nekat". Namun menurtunya modal nekat tanpa konsistensi adalah nol
besar. “Saya sudah membuktikannya”, ungkapnya lagi.
“Bukan hanya dalam menerima
tantangan menulis, tapi dalam pembelajaran dan keseharian hal inipun saya
lakukan”, terangnya.
Ia menambahkan, buku Design
Thinking adalah salah satu bukti bahwa resiko terbaik dari sebuah kenekatan
adalah penerimaan dan pengakuan.
Baginya menulis harus didasari
oleh 3 hal, yaitu: niat, tekad, dan
nekat.
Ketiga hal ini berkaitan erat dan
saling melengkapi. Niat merupakan tujun yang ingin dicapai. Pencapaian yang
maksimal membutuhkan tekad (keinginan yang kuat). Dan untuk mewujudkan tekad tersebut kita
harus nekat dalam arti memiliki keberanian.
Dalam konteks menulis ketiga hal
tersebut akan semakin efektif jika disertai dengan ‘’menulis dengan hati”.
Sebab sesuatu yang keluar dari hati akan merasuk ke dalam hati. Tulisan yang
ditulis dengan dan dari hati akan mudah diterima oleh dan masuk ke dalam hati
pembaca.
Selain itu fokus dan konsisten
juga sangat penting dalam menulis. “Dengan niat, tekad, nekat, fokus,
konsisten, dan menulis dengan hati, maka akan menciptakan karya yang meyentuh
pembaca”, ungkapnya lagi.
Niat merupakan kunci utama terlaksananya secara sukses suatu
perbuatan. Bahkan Kanjeng Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wa sallam menyatakan
dalam sabdanya, “Setiap amal perbuatan tergantung niatnya”. Ini kaidah umum
dalam hidup. Bahwa niat sangat berpengaruh dalam setiap langkah dan aktivitas.
Ibu Salamah menganut prinsip ini. Menurutnya menulis adalah
sebuah kegiatan yang berawal dari niat. Namun niat harus disertai dengan tekad
yang kuat untuk mewujudkannya. Bahkan kadang niat tidak cukup disertai dengan
tekad, tapi dalam situsi dan kondisi tertentu harus nekat.
“Semakin kuat tekad kita mengawal niat tersebut, maka kita
akan menjadi nekat. Nekat untuk menuntaskan tulisan kita, apapun, dimanapun dan
dalam kondisi apapun”, terangnya.
Menurutnya tiga hal dimaksud di
atas (niat, tekad, dan tekad) juga
sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan keterampilan abad 21 peserta didik.
“Guru selaku agen perubahan harus
mampu bersikap profesional baik dalam kapasitasnya sebagai tenaga pendidik,
anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat”, tandasnya.
Upaya tersebut dikupas tuntas dalam buku “Design
Tinking; Membangun Generasi Emas dengan Konsep Merdeka Belajar” yang ditulisnya
bersama Prof. Eko Indrajit. Luar biasanya lagi, buku ini ditulis dalam waktu
sepekan. []
#SalamLiterasi
Ternyata mmg harus nekat ....untyk bisa meraih sesuatu ....
BalasHapusBenar, tapi nekat yang terarah dan dilandasi niat.
HapusHmmm.... Luar biasa nekatnya. Patut ditiru semangatnya menulis dlm seminggu.
BalasHapusBetul Bu.
HapusTrimakasih atas kunjunhan dan komentarnya.
hebat lanjut pak 👍👍
BalasHapusTrimakasih. #Salamliterasi
HapusSubhanallah... Super hebat ... Lanjut kan...😊
BalasHapusTrimakasih
Hapus#Salamliterasi