Inspirasi
Al-Ghazali
Malam ini salah
seorang kawan membagikan kata-kata mutiara indah di WhatsApp Group (WAG)
kelompok pengajian pekanan. Di judulnya tertulis Ghazaliyat (Kalimat Indah
Al-Ghzali).
Al-Ghazali yang dimaksud? Muhammad Al-Ghazali, seorang penulis produktif dari Timur Tengah.
Saya berusaha
tejemahkan sebagiannya semampu saya.
Al-Ghazali berkata, “Saya menyaksikan seorang pria di daerah
Badui (terpencil), usianya 120 tahun. Namun masih kuat. Aku menanyainya tentang
rahasia kekuatannya di usia seperti ini”. “Aku meninggalkan hasad (dengki/iri),
maka jasad menjadi awet”, katanya. Kalimat ini menarik untuk direnungkan.
“Andai kita tahu apa
yang dikatakan orang-orang di belakang kita, maka kita tidak akan sanggu
tersenyum di hadapan kebanyakan orang”. Emang benar.
Seorang bijak ditanya, “Mengapa langit itu sangat cerah”?
Sembari tersenyum sang bijak berkata, “Karena manusia tidak tingga di sana”.
“Air yang sedikit dapat menyelamatkanmu, tapi air yang
banyak dapat menenggelamkanmu, maka belajarlah untuk selalu merasa cukup dengan
yang engkau miliki”.
“Jangan merasa tersakiti jika ada orang yang melupakan
kebaikanmu kepadanya, karena cahaya lampu jalan sering dilupakan pada siang
hari.
“Satu shalawat yang anda ucapkan membuatmu melambung tinggi
di langit cakrawala, atau memperoleh sepuluh (balasan dari Allah). Sungguh mengherankan
orang yang pelit berbuat baik untuk dirinya”.
Suara sebatang pohon yang tumbangkedengaran oleh semua orang
di sekitarnya. Sementara saat hutan rimba bertumbuh menjadi rimbun tak
kedengaran suara riuh sedikitpun. Begitulah
manusia, mengabaikan kelebihanmu, tapi . . . ketika engkau terpuruk.
Kelokan tajam dalam perjalanan selalu menegangkan melintasinya, tapi dia adalah tantangan yang harus dilewati untuk melanjutkan perjalanan.
Belajarlah cara mempersembahkan cahaya kepada lingkungan
sekelilingmu, walaupun kondisimu dalam kegelapan.
Pada masa awal Islam yang halal dipermudah sehingga yang
haram menjadi sulit untuk mendapatkan dan melakukannya. Di zaman kita saat ini,
yang halal dipersulit sehingga yang haram mudah didapatkan. Contoh dalam urusan
pernikahan.
Seorang pemuda miskin melamar seorang gadis, keluarga gadis
tersebut menolak. Lalu datang seorang pemuda kaya tapi fasik melamar anak gadis
tersebut. Keluarganya menerima. Mereka mengatakan, Allah memberinya hidayah
(petunjuk untuk menjadi baik). Mengapa di awal mereka tidak mengatakan tentang
pemuda miskin yang shaleh tersebut, Allah akan memberinay rezki. Bukankah sang
Maha pemberi hidaya (Al-Hadi) Dia juga sang Maha pemberi rezki (Ar-Razaq)?
Sekadar renungan, Kita selalu mencari uang receh di kantong/saku untuk sedekah, kemudian setelah
itu kita meminta kepada Allah agar Dia memberi kita surga Firdaus yang
tertinggi. Alangkah kecilnya yang kita persembahkan, tapi sungguh agungnya yang
kita minta. []
Bagus sekali..sy pengin bisa nulis semacam cerpen kaya tulisan bapak....sukses selalu..salam literasi
BalasHapusTrimakasih atas kunjungan dan komentarnya.
Hapus#Salamliterasi
Diluar dari bagusnya kesimpulan akhir tulisan yg mengena dihati.
BalasHapusRangkaian kata yg dituliskan juga sangat bagus
Terimakasih Pak
semoga kita menjadi ahli sedekah, terima kasih pak sudah diingatkan.
BalasHapusSama-sama Pak.
HapusTrimakasih omJay atas kunjungan dan komentarnya.
Motifasi utk lebih bersedeoah yg banyak,,, top sekali tulisannya
BalasHapusTrimakasih
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus