Bagaimana mengatasi
penurunan semangat dalam beribadah dan beramal saleh?
Sebuah pertanyaan
yang mungkin semua orang membutuhkan jawabannya. Karena setiap orang pasti
mengalaminya. Sebab penurunan semangat ibadah pada saat tertentu merupakan
sesuatu yang manusiawi.
Iya, penurunan
semangat beribadah dan beramal shaleh setelah sebelumnya merasa bersemangat
adalah sesuatu yang lumrah. Lumrah karena setiap amal perbuatan ada saat
semangatnya, dan ada pula saat turunnya.
“Setiap amalan ada
saat semangatnya, dan setiap masa semangat ada masa futur-nya”, kata kanjeng Nabi Muhammad dalam
satu sabdanya.
Futur artinya lemah
setelah kuat atau malas setelah rajin . Nabi tidak memungkiri, setiap masa-masa
semangat dalam berbuat baik, akan datang saat malas dan turunnya.
“Maka barang siapa yang siapa yang pada saat
futur-nya berada di atas sunnah (petunjuk/tuntunan) ku maka ia berada di atas
jalan hidayah (petunjuk)”, lanjut Nabi.
Artinya ketika
sedang mengalami penurunan semangat dalam beribadah, yang paling penting adalah
tetap mengikuti sunnah atau petunjuk dan tuntunan Nabi. Dan Nabi menjamin,
sesiapa yang saat mengalami penurunan semangat ibadah tetap mengikuti tuntunan
sunnah Nabi, maka dia dianggap berada di atas
jalur hidayah. Dianggap berada di jalur dan jalan yang benar sesuai
petunjuk.
Sebaliknya, “Barangsiapa
yang di saat futurnya tidak berada di
atas sunnahku” kata Rasul, “maka ia binasa”. Dalam riwayat lain berbunyi, “maka
ia telah sesat”.
Maksudnya orang
yang tidak mengikuti tuntunan Nabi dalam menghadapi dan menjalani masa
penurunan semangat beribadah dianggap sesat bahkan bisa jadi dia binasa.
Lalu, apa kriteria
dan batasan berada ‘’ala sunnati”, di
atas sunnah saat mengalami penurunan semngat beribadah? Berikut penjelasannya.
Menjaga Aspek
Kontinuitas
Maksudnya tidak
berhenti sama sekali ketika mengalami penurunan semangat ibadah. Tetap menjaga
keberlanjutan dan kesinambungan amalan.
Walau semangat
sedang menurun atau sedang terpapar rasa malas, tetap berusaha menjaga
kelangsungan amalan. Ini disebut pula dengan mudwamah dan istiqamah.
Rasul menyampaikan,
amalan yang kontinu dan berkesinambungan termasuk salah satu jenis amalan yang
dicintai Allah.
“Amalan yang
paling dicintai Allah adalah yang paling kontinu walaupun sedikit”.
Oleh karena itu
ciri khas amalan Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dikabarkan oleh
istri beliau ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah, ‘’berkesinambungan”.
Bagaimana menjaga
kesinambungan dan keberlanjutan amalan? Ini tips berikutnya.
Menjaga Standar
Minimum Amal
Kiat dan resep memerilhara
konsistensi kesinambungan amal adalah dengan menjaga aspek minimum amal. Maksunya
ada standar minimal dalam beramal yang tidak pernah ditinggalkan sama sekali. Dalam
situasi dan kondisi apapun standar minimum ini tetap dilakukan.
Misalnya dalam
membaca Al-Qur’an. Jika di saat normal terbiasa membaca 1 juz satu hari. Maka saat
terpapar penyakit futur (malas setelah rajin) tetap berusaha membaca Al-Qur’an
walau hanya satu halaman dalam sehari. Minimal satu halaman dalam sehari ketika
mengalami penurunan semangat.
Dengan demikian dia
dapat dianggap menjaga kesinambungan amalan di saat futur dan malas. Dengan demikian
juga dia dianggap tetap berada di atas tuntunan Nabi. Karena pada dasarnya
tuntunan Nabi adalah menjaga kelanjutan amalan dalam kondisi apapun. []
#Futur #Istiqamah
Tetap Semangat Untuk beribadah dan Selalu di Jalan Nya.
BalasHapusTrimakasih Bu
HapusTerima kasih, sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih, sangat bermanfaat
BalasHapusSama-sama.
HapusTrimakasih sudah mampir dan berkomentar.
#Salamliterasi
Akan tetap semangat dalam beribadah kepada Allah SWT aamiin
BalasHapusSalam literasi
Amin
HapusTrimkasih dan #Salamliterasi
Terima kasih atas ilmu bermanfaat ini.
BalasHapusSama-sama.
HapusTrimakasih atas kunjungannya.
#Salamliterasi