"ANTRIAN CUSTOMER SERVOCE BNI 46, NOMOR ANTRIAN B115, C
SERVICE. Sisa Antrian 95".
Demikian tulisan yang tertera pada kartu antrian saya di kantor BNI Cabang
Cibinong.
Seumur-umur baru kali ini mengikuti antrian hampir seharian
penuh. Saking lamanya sampai melewati dua waktu Salat; zuhur dan Asar.
Padahal sebetulnya keperluan yang akan diurus sangat
sederhana. Yaitu penggantian kartu ATM yang telah selesai masa aktifnya sejak
akhir Februari lalu.
Awalnya diarahkan oleh petugas security agar penggantian kartu dilakukan melalui mesin ATM
khusus, tanpa harus melalui Customer Service (CS).
Namun qaddarallah[1],
ternyata NIK KTP saya tidak terbaca di sistem. Sehingga proses penggantian
kartu ATM harus melalui CS.
Sehingga langsung mengambil kartu antrian. Ternyata dapat
antrian ke-115 dan tersisa 95 antrian. Artinya saya akan dilayani setelah 95
orang tersebut selesai.
Petugas menyampaikan, kemungkinan giliran saya sekira pukul
14 lewat. Itupun kalau lancar. Saya menengok jam di Hand Phone. Waktu
menunjukan pukul 11 lewat.
Agar tidak terlalu lama menanti giliran saya memutuskan
untuk keluar menyelesaikan beberapa keperluan. Sebelum memutuskan meninggalkan
lokasi sempat duduk sekira seperempat jam di parkiran. Menyelesaikan beberapa
pekerjaan secara online.
Singkat cerita, setelah beberapa kepeluan tertunaikan saya
balik ke bank. Sampai di lokasi sekira pukul 14. Prediksi saya giliran saya
sudah dekat. Ternyata masih di antrian 70an. Petugas meminta saya untuk segera
masuk ke dalam. Kebetulan ada kursi kosong di bagian belakang.
Sambil menunggu saya mengisi waktu dengan membaca Majalah
sayang saya siapkan dari rumah. Sesekali membuka HP dan membaca serta membalas
pesa yang masuk.
Namun entah karena kelelahan dan kurang tidur pada waktu
malamnya serta belum tidur siang, maka tertidur di kursi tak dapat dielakkan. Tiga
kali tertidur dan “terjaga” antrian 115 belum juga terpampang di layar. Pukul
16.00 antrian tersisa 20-an.
Saat tertidur keempat kalinya dikagetkan oleh tepukan dan
ajakan petugas Security. “Sini Pak saya bantu”. Saya mengikuti di belakang
menuju pintu luar. Belok kiri, lalu masuk ke suatu ruangan.
Ternyata di sana telah menanti satu petugas yang saya tidak tahu bagian apa. Yang jelas
proses penggantian kartu ATM saya dilakukan di sana. Seperti biasa diawali
dengan verifikasi data. Saya menyerahkan Buku Tabungan beserta kartu ATM dan KTP.
“Buka masekernya pak”, ujar petugas berjilbab kuning sambil
mencocokan photo yang tertera di KTP. Selanjutnya pertanyan tentang tempat dan
tanggal lahir, lalu nama ibu kandung dan nomor Hand Phone.
Verifikasi dilanjutkan dengan pertanyaan tentang transaksi
dan saldo terakhir. Ternyata saldo Rp 0. Karena memang rekening ini jarang
digunakan. Sehingga harus tambah saldo terlebih dahulu. Setelah nambah saldo,
dilakukan penggantian kartu ATM.
Alhamdulillah lancar dan ATM baru sudah dapat digunakan.
Pukul 16. 19 saya meninggalkan lokasi.
***
Banyak pelajaran hidup dari cerita antrian lama ini.
Pertama, Sesuatu yang sederhana jika tidak segera
diselesaikan akan merepotkan.
Penggantian kartu ATM yang habis masa aktifnya sesuatu yang
tidak rumit. Tapi karena ditunda jadi merepotkan. Hal ini juga diperparah oleh
nomor NIK yang tidak terbaca saat proses penggantian secara online.
Kedua, Jika antrian di dunia sedemikian melelahkan
dan membosankan, lalau bagaimana dengan antrian di akhirat kelak. Padahal
selama mengantri kita optimis, urusan kita akan selesai. Tapi di akhirat kelak,
manusia akan menunggu dengan disertai perasaan cemas dan was-was akan nasib
masing-masing.
Ketiga, Dalam hidup ini kadang ada saja jalan
kemudahan yang tidak kita duga. Jika berpatokan pada nomor antrian, mungkin
saya harus menanti 1-2 jam lagi. Namun
ada kemudahan dengan adanya layanan di luar CS.
Keempat, Selalu ada hikmah dan ibrah serta pelajaran
dari setiap penggalan peristiwa dan potongan kejadian yang kita alami dalam
hidup ini.
[1]
Qaddarallahu diucapkan saat mengalami sesuatu yang tidak terduga dan tidak
dikehendaki. Ucapan ini merupakan salah satu tanda iman kepada takdir. Yakni
menyadarkan segala peristiwa dan kejadian kepada takdir Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar