‘’Menjadi karyawan bermental
relawan”, mungkinkah?
Kan karyawan umumnya bekerja
untuk mendapatkan imbalan finansial. Koq kita disuruh bermental relawan?
Istilah ini saya dapat dari Bambang Triyawan. Founder dan CEO Invis Coach
ini menyatakan hal ini dalam bukunya, “Musli Prodkutif, Muslim Prestatif”.
Seolah Coach Bambang hendak
mengatakan, bagi seorang Muslim bekerja bukan sekadar sebagai karyawan, tapi
dari itu seorang muslim yang produktif memerankan dirinya sebagai relawan dalam
menjalankan tugas dan profesinya.
Karyawan bermental relawan bukan
sesuatu yang aneh. Justru luar biasa. Sebab karyawan bermental relawan berpotensi
memiliki performa yang tinggi dalam bekerja. Karyawan bermental relawan juga
diharapkan punya semangat berkontribusi terhdap organisasi atau perusahaan.
Coach Bambang menulis:
Marilah kita ubah pola pikir, bahwa kita adalah
relawan bukan karyawan. Karyawan hanya
mengerjakan apa yang menjadi uraian tugasnya, relawan adalah orang yang siap
mengerjakan apapun yang dibutuhkan organisasi selama ia sanggup mengerjakannya.
Karyawan banyak mempertimbangkan manfaat tidaknya suatu tugas sebelum
benar-benar bersedia mengerjakannya. Sedangkan
relawan langsung mengerjakannya tanpa berpikir dua kali. Karyawan akan menghentikan kerjanya saat orang tidak
ada yang melihatnya. Relawan terus bekerja
tanpa henti meski tidak ada satu orang pun yang menjadi saksinya.
Organisasi tidak merasa
kehilangan saat mereka yang bermentalitas karyawan mengundurkan diri dari
organisasi. Tapi organisasi akan sangat
merasa kehilangan saat mereka yang bermentalitas relawan pergi meninggalkan
organisasi. Itu adalah sebuah kehilangan
yang tidak mengenakkan. Bahkan pengganti pengganti mereka belum tentu bisa
mengimbangi kualitas mereka. Para relawan itu kadang tak tergantikan.
Saat kita bekerja bagaikan berlawanan kita tidak
menghitung lagi berapa jam kerja yang telah kita habiskan di tempat kerja.
Kita juga tidak menghitung lagi berapa
ide dan gagasan yang telah kita kembangkan bagi organisasi dan berapa banyak
dari ide-ide itu yang telah menghasilkan keuntungan besar bagi organisasi. Para relawan tidak akan mengatakan hal
semacam ini “bila tidak ada saya perusahaan mungkin terus merugi dan bahkan
sudah bangkrut, untung ada saya”. Para
relawan tidak menganggap dirinya sebagai pahlawan yang sangat berjasa bagi organisasi
sehingga harus dihargai dan diangkat posisinya.
Fokus mereka adalah terus bekerja
dan berkontribusi bagi organisasi tanpa mengharapkan balasan atau pujian
apapun.
Selanjutnya penulis buku “The
Influental Leader“, ini menjelaskan;
Di zaman sekarang yang segalanya
diukur dengan materi, menjadi relawan
memang tidak mudah karena dibutuhkan
keikhlasan yang kuat. Bila niat
kita memang sudah ikhlas tidak sulit untuk melakukannya. Mereka yang berjiwa relawan memiliki peluang akan
punya karir di masa depan. Para relawan
di organisasi pastilah orang-orang yang memiliki tujuan besar dan mulia dalam
karirnya. Mereka tidak terpengaruh oleh
situasi dan kondisi dalam organisasi. Bahkan
budaya kerja rendah yang menyelimuti organisasi tidak mempengaruhi
motivasi mereka dalam berkontribusi bagi organisasi. Mereka tetap berpegang teguh dengan prinsipnya dan
terus bekerja dengan komitmen tinggi.
Lalu apa rahasia keryawan berpola pikir relawan? Ternyata rahasianya
adalah pada niat dan tujuan. Coach Bambang biasa mengistilahkannya dengan ‘’the
powerof purpose”. Mereka yang bermental relawan bekerja dengan niat ikhlas dan
tujuan yang jelas. Tujuan mereka setelah Allah kontribusi. Mereka fokus
memberikan kontribusi terbaik dalam bekerja. Mereka mengerahkan kemampuan
terbaik yang mereka miliki untuk memberi manfaat dan kontribusi pada organisasi
atau perusahaan.
Sudahkah kita bermental relawan
dengan fokus pada kontibusi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar